Memekarkan Pendidikan Literasi Digital

Memekarkan Pendidikan Literasi Digital

13 Oktober 2020
644 dilihat
2 menits, 21 detik

Judul : Literasi Digital (Transformasi Pendidikan dan Inspirasi Generasi Milenial) I Penyusun : M. Hasan Chabibie I Penerbit : Pustekkom Kemdikbud I Cetakan : 2017 I Tebal : 210 halaman I ISBN : 978-998-887-501-xx

Tsaqafah.id – Di masa lalu, ketika Anda membutuhkan informasi, Anda bergegas membuka buku ensiklopedia. Mencarinya, lantas mempercayai informasi itu dengan cepat dan tepat.

Namun, kemajuan zaman dan teknologi, menilai praktik tersebut sebagai cara lawas. Sebab kini, dengan hadirnya internet, cukup dengan “one klick”, Anda dengan mudah dan cepat mengakses informasi, e-book, video, dll. Sekilas, intensitas berselancar di internet membuat wawasan kita meluas. Padahal belum tentu.

Revolusi teknologi yang mendorong berita dan informasi untuk bergerak secara massif, meningkatkan taraf pendidikan dalam pengetahuan akan teknologi. Apalagi koneksi internet yang disokong dengan infrastruktur teknologi canggih, sangat mempermudah interaksi di dunia maya. Sialnya, di era disruptif ini, ruang komunikasi semakin terbuka, dan hanya menyisakan selaput tipis antara ruang publik dan privat.(hlm. 29).

Pertumbuhan teknologi digital berbasis media sosial juga mengalami penyebaran informasi yang luar biasa. Hal itu oleh Hasan Chabibie disebut sebagai “tsunami Informasi”.(hlm.31). Di setiap hari, gawai kita tak lelah menerima notification dari akun medsos yang kita punya. Mereka tak bisa dibendung, tapi bisa diantisipasi, dengan cara mencermati dan memilah informasi dari notif tersebut.

Namun, sekali lagi, kecepatan pertumbuhan informasi itu tidak melulu bernilai positif. Jika diteroka, ia juga menjadi rahim atas kelahiran berita hoaks atau kabar bohong. Massifnya berita hoaks merugikan tensi emosial. Sehingga tidak jarang berita hoaks sengaja dibuat untuk tujuan propaganda yang, seringkali memicu reaksi ekstrem pembacanya. Sebesar 25% pembaca anak-anak mengaku percaya dengan informasi yang didapat dari media sosial.

Hal itu diperparah dengan masyarakat Indonesia yang belum sepenuhnya memiliki pondasi literasi yang kokoh. Tradisi literasi masyarakat Indonesia pada 2012 dalam kondisi terpuruk, dikarenakan fasilitas—terutama di pelosok daerah—masih minim. Tapi kemudian di tahun 2016 meningkat menjadi 359 poin.

Baca Juga: Menaksir Rupa Identitas Generasi Muslim Milenial

Cerdas Bermedia Sosial

Nah, permasalahan itulah yang mendorong kelahiran buku ini, Hasan menarasikan pentingnya pengetahuan tentang literasi digital untuk mengantisipasi problematika tersebut, terutama bagi generasi milenial. Karenanya, literasi digital penting untuk digalakkan di sekolah dan instansi pendidikan.

Usaha penanaman nilai bagi kaum milenial itu terangkum dalam dua hal; Pertama, literasi digital perlu disandarkan dalam metode pendidikan di sekolah. Salah satunya dengan menanamkan sikap bertanya, menganalisis, dan sikap kritis kepada anak di ruang kelas sehingga kelak, di lingkungan besar (masyarakat/sekolah) dan lingkungan kecil (keluarga) sehingga melalui kecerdasan itu, mereka sanggup berkontemplasi dengan baik.

Kedua, yaitu inovasi pendidikan. Ketika sekolah berhasil menguatkan basis pengetahuan teknologi dan informasi bagi peserta didik. Pengembangan ini untuk kemajuan berpikir, berkreasi dan melek terhadap dunia digital. Dengan harapan, kecerdasan bermedia dapat dikelola dengan baik agar mereka tidak mencederai sesame dengan membagikan konten hoax, konten senonoh, dll.

Ikhitiar itu dirangkum menjadi program ‘Literasi Pendidikan’. Di mana negara sanggup meningkatkan kualitas pendidikan berbasis teknologi dan informasi serta pemenuhan standar fasilitas sekolah di berbagai tempat.    

Kecerdasan bermedia sosial juga tidak kalah penting; ia mengarahkan cara memahami alur dan tujuan bermedia sosial, serta bagi generasi milenial, supaya kreatif menebar pesan-pesan kebaikan. Kreatif di sini dimaksudkan untuk aktif menjadi kreator di media sosial, tidak hanya sebagai konsumen digital. (hlm. 144). Sehingga buku ini sangat relevan bagi generasi muda, untuk dijadikan acuan dalam bermedia dan terjun di dunia digital.

Baca Juga: Berjumpa dengan Generasi Muslim Indonesia: Moderen, Relijius, Kaya, dan Universal

Profil Penulis
Afrizal Qosim
Afrizal Qosim
Penulis Tsaqafah.id
Kolumnis, Alumni Sosiologi Agama UIN Sunan Kalijaga dan Santri PP Al Munawwir Krapyak.

30 Artikel

SELENGKAPNYA