Kontroversi Laga Indonesia Vs Bahrain Perspektif Al-Qur’an

Kontroversi Laga Indonesia Vs Bahrain Perspektif Al-Qur’an

14 November 2024
24 dilihat
3 menits, 58 detik

Kontroversi laga pertandingan Indonesia vs Bahrain tempo hari mencuri perhatian publik, terutama pendukung skuad Garuda. Wasit utama dalam laga ini mengundang kontra banyak pihak. Tentunya berdasarkan naluri pendukung dan diperkuat dengan tindak laku wasit, beserta keputusannya yang cenderung berpihak pada tim lawan. Tidak cukup sampai situ, tambahan waktu 6 menit yang diberikannya melebihi batas. Bahkan sampai muncul asumsi bahwa wasit menunda meniup peluit sampai Bahrain mencetak gol kedua.

Tsaqafah.id – Belakangan ini sepak bola Indonesia diberi kesempatan untuk mengikuti kualifikasi Piala Dunia zona Asia. Event yang diadakan oleh AFC (Asian Football Confederation) ini merupakan penjaringan untuk Piala Dunia FIFA 2026 yang akan diadakan di Amerika Serikat. Skuad Garuda Indonseia di bawah asuhan Shin Tae Yong menempati kategori 5 tim terproduktif di kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia. Sudah semestinya warga Indonesia ikut bangga atas pencapaian skuad Garuda Indonesia.

Indonesia sendiri telah lama menanti momen ini setelah sekitar 38 tahun lalu, tepatnya pada 1986, yang kala itu lolos ke putaran kedua. Kehadiran momen bersejarah ini tentunya akan di dimanfaaatkan sebaik-baiknya oleh skuad Garuda. Ditambah lagi banyaknya pemain keturunan Indonesia yang berada di luar negeri turut membela tanah air. Kehadiran pemain keturunan, selain membawa peningkatan terhadap kualitas permainan, juga dianggap keputusan yang kontroversi di kalangan penggemar sepak bola tanah air.

Kehadiran Pemain Keturunan Mengancam?

Dianggap kontroversi karena di satu sisi kehadiran mereka diklaim membunuh potensi pemain Indonesia. Nyatanya, keadaan ini merangsang pemain Indonesia untuk lebih gigih lagi dalam berlatih, agar nantinya bisa diikutkan dalam pertandingan. Hal ini juga ditanggapi langsung oleh kiper utama timnas Indonesia, yaitu Ernando Ari, ia berpendapat bahwa, “Hal ini fair untuk saya, dan sebuah kesempatan untuk bisa menambah wawasan dari kiper keturunan tersebut”.

Berdasarkan perihal ini, Al-Qur’an menyoroti bahwa setiap manusia harus berlomba dalam hal kebaikan. Tertuang dalam Q.S. al-Baqarah: 148 dan al-Maidah: 48. Walaupun kedua ayat tersebut berbeda konteks pembahasan, dapat ditarik esensi dari kalimat فَٱسْتَبِقُوا۟ ٱلْخَيْرَٰتِ (berlomba-lomba dalam kebaikan) tidak batasi dalam hal peribadatan saja, namun mencakup konteks yang sangat luas. Dalam tafsir Hamka tertulis “Sebab itu berlomba-lombalah kamu pada serba kebaikan”, begitulah salah satu poin yang tertuang dalam tafsir al-Azhar.

Dengan begitu, semestinya hasil di lapangan sesuai dengan apa yang telah dilakukan selama sesi latihan. Skuad Garuda selalu tampil memukau dalam “grup neraka”. Penamaan itu disematkan karena skuad garuda berada dalam grup yang beranggotakan negara-negara yang sepakbolanya telah maju hingga ke kancah Internasional. Dibuktikan pada pertandingan melawan Jepang, Australia, dan Bahrain, skuad Garuda mampu mengimbangi ketiga tim tersebut.

Ajaran Al-Qur’an Tentang Keadilan

Namun, pertandingan Indonesia vs Bahrain tempo hari mencuri perhatian publik, terutama pendukung skuad Garuda. Wasit utama dalam laga ini mengundang kontroversi, tentunya berdasarkan naluri pendukung dan diperkuat dengan tindak laku wasit beserta keputusannya yang cenderung berpihak pada tim lawan. Tidak cukup sampai situ, tambahan waktu 6 menit yang diberikannya melebihi batas. Bahkan sampai muncul asumsi bahwa wasit menunda meniup peluit sampai Bahrain mencetak gol kedua.

Hal semacam ini telah di higlight dalam Al-Qur’an, bahwa Allah berpesan kepada seluruh pemimpin berlaku adil:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ كُونُوا۟ قَوَّٰمِينَ لِلَّهِ شُهَدَآءَ بِٱلْقِسْطِ ۖ وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَـَٔانُ قَوْمٍ عَلَىٰٓ أَلَّا تَعْدِلُوا۟ ۚ ٱعْدِلُوا۟ هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَىٰ ۖ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ خَبِيرٌۢ بِمَا تَعْمَلُونَ

“Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Maidah: 8)

Melihat kasus ini, relevan dengan pendapat Syekh Mutawali Sya’rawi, “Sikap adil ini berlaku bagi setiap individu. Bahkan dalam menentukan keputusan hukum untuk hal-hal yang terlihat sepele kapanpun dan dimana pun. Ayat ini sangat relevan untuk dijadikan pegangan oleh para pemimpin dalam menetapkan keputusan.  

Bullying di Media Sosial

Keputusan kontroversi yang dikeluarkan wasit memicu pendukung skuad Garuda emosi, dan melakukan ujaran kebencian terhadap wasit tersebut. Media sosial menjadi wadah pendukung skuad Garuda mengutarakan kebenciannya. Meskipun melalui media sosial, tindakan ini tetap dikategorikan bullying, karena terdapat unsur mempermalukan di sana. Akun media sosial pribadi milik wasit ikut diserang oleh netizen Indonesia dengan melaporkan akun tersebut dengan berbagai alasan. Sampai ada suatu akun yang mengupload dengan merendahkan wasit tersebut dalam bentuk meme, komentar vidio, dan banyak lainnya. 

Media sosial menjadi wadah pendukung skuad Garuda mengutarakan kebenciannya. Meskipun melalui media sosial tindakan ini tetap dikategorikan bullying, karena terdapat unsur mempermalukan disana. Akun media sosial pribadi milik wasit ikut diserang oleh netizen Indonesia dengan melaporkan akun tersebut dengan berbagai alasan. Sampai ada suatu akun yang mengupload dengan merendahkan wasit tersebut dalam bentuk meme, komentar vidio, dan banyak lainnya. 

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِّن قَوْمٍ عَسَىٰٓ أَن يَكُونُوا۟ خَيْرًا مِّنْهُمْ وَلَا نِسَآءٌ مِّن نِّسَآءٍ عَسَىٰٓ أَن يَكُنَّ خَيْرًا مِّنْهُنَّ ۖ وَلَا تَلْمِزُوٓا۟ أَنفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوا۟ بِٱلْأَلْقَٰبِ ۖ بِئْسَ ٱلِٱسْمُ ٱلْفُسُوقُ بَعْدَ ٱلْإِيمَٰنِ ۚ وَمَن لَّمْ يَتُبْ فَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلظَّٰلِمُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.”

Makna Bullying dalam Ayat

Terdapat tiga unsur bullying dalam ayat ini, pertama يَسْخَرْ bermakna membicarakan keburukan orang lain untuk menertawakannya, dalam berbagai bentuk baik secara langsung, lisan, maupun isyarat. Kedua, تَلْمِزُوٓا bermaknamencela atau mengejek. Ketiga, تَنَابَزُوا۟ بِٱلْأَلْقَٰبِ bermakan memberi gelar ejekan. Ketiga poin ini jika dijauhi dalam kehidupan insyaallah akan terhindar dari tindakan bullying, tidak hanya itu perlu juga mengetahui dampak bagi korban bullying Jauh sebelum Media sosial datang, unsur-unsur Bullying telah Allah sampaikan.

Pesan yang dapat ditarik dari al-Hujurat: 11 ini adalah ajaran Islam, terutama dalam mengatasi bullying harus diterapkan dalam kehidupan. Ayat ini menuntut semua manusia tidak memandang agama dianutnya, hal ini menandakan bahwa ajaran Islam itu Rahmatanlil ‘alamin. Tidak ada toleransi dalam hal bullying ini mengingat dampak dari bullying ini sendiri sangat berpengaruh bagi psikis korban.

Profil Penulis
Farid
Farid
Penulis Tsaqafah.id

1 Artikel

SELENGKAPNYA