Shalat Berjamaah: Cara Bokap Nyokap Peluk Anak-anaknya

Shalat Berjamaah: Cara Bokap Nyokap Peluk Anak-anaknya

07 Januari 2025
43 dilihat
1 menit, 44 detik

Tsaqafah.id – Di keluarga Maulana Malik Ibrahim vokalis Band Perunggu, atau yang akrab dipanggil Maul, cinta tidak selalu diungkapkan dengan kata-kata atau peluk. Menurut keluarga Maul, shalat berjamaah Subuh dan Maghrib adalah love language yang paling dalam, sebuah ritual harian yang mengikat hati mereka bersama.

Fondasi ini dibangun oleh sang ayah, seorang alumni pesantren Tebuireng Jombang dan lulusan IAIN Gunung Jati Bandung. Dengan latar belakang sebagai dosen dan penyiar dakwah, beliau membangun keluarga yang ‘anget’ dengan nilai-nilai agama yang mengalir dalam keseharian, bukan sekadar formalitas.

“Hablumminallah dulu, soal hablumminannas kamu nanti bisa urus sendiri,” begitu pesan yang selalu ditanamkan Ahmad Chozin Chumaidy kepada Maul.

Baca Juga Fenomena Sound Horeg dalam Kajian Fiqih

Setiap akhir pekan, rumah mereka menjadi ruang diskusi, dari mengaji hingga berbagi solusi atas masalah-masalah personal. Empat panel tembok yang dipenuhi buku menjadi saksi bagaimana pengetahuan dan spiritualitas berjalan beriringan dalam keluarga yang melahirkan lirik-lirik lagu Islami dalam frame Band Perunggu, band yang karib disebut Band Pulang Ngantor itu.

Nilai-nilai ini tertanam kuat dalam diri Maul, meski jalan hidupnya membawanya ke dunia musik. Bahkan saat menulis lagu “33x” di tengah quarter life crisis-nya, spiritualitas yang ditanamkan sejak kecil menjadi kompas yang membimbingnya mencari makna.

“33x itu dzikir. Tapi, lagu itu secara lirik tidak necessary menceritakan tentang ibadah. Lagu itu ditulis ketika gw umur 29, pas quarter life crisis, banyak kejadian yang tak tercandra sebelumnya,” jelas Maul dalam Podcast Wawacanda.

Baca Juga Pendidikan sebagai Medan Jihad Gen Z

“Gw cari, sebenarnya apa yang bisa bikin fokus, dan pada saat itu kebetulan lagi jauh juga sama yang di atas. Yaudah gw nulisnya perihal umur segini, nulis ini. Jadi, liriknya kurang lebih super personal, apa yang gw alami dan bagaimana ngadepinnya,” lanjut Maul menjelaskan latar biografis lahirnya lagu 33x.

Lagu yang awalnya sangat personal ini bahkan sempat digunakan dalam khotbah Jumat dan skripsi oleh para pengagum Perunggu.

Bagi Maul, pesan ayahnya tentang silaturahmi sebagai kunci umur panjang dan rezeki berkah tetap terpatri.

Baca Juga Belajar Menghadapi Kenyataan Pahit dari Nabi Ayub As

Mungkin ini yang membuatnya tetap rendah hati dalam bermusik, dengan prinsip “main bandnya aja have fun ngga ngoyo” dan satu hal yang membuatnya cukup menjadi perunggu adalah, “naik podium aja dah cukup, ga perlu medali,” tukas Maul.

Dari shalat berjamaah di rumah hingga ke panggung musik, Maul menunjukkan bagaimana love language yang sederhana namun konsisten bisa membentuk karakter yang kuat di mana spiritualitas tidak membatasi kreativitas, justru memperkayanya.

Profil Penulis
Afrizal Qosim
Afrizal Qosim
Penulis Tsaqafah.id
Kolumnis, Alumni Sosiologi Agama UIN Sunan Kalijaga dan Santri PP Al Munawwir Krapyak.

31 Artikel

SELENGKAPNYA