Peringatan Maulid Nabi, Sarana Berukhuwah dengan Cinta

Peringatan Maulid Nabi, Sarana Berukhuwah dengan Cinta

28 Oktober 2020
407 dilihat
2 menits, 17 detik

Tsaqafah.id – Tidak ada hari kelahiran yang diperingati setelah wafatnya seseorang, kecuali hari lahir Baginda Rasulullah.

Perayaan hari lahir atau ulang tahun biasanya diperingati setiap tahunnya oleh setiap orang. Namun ketika orang tersebut telah meninggal, maka yang diperingati adalah kematiannya. Seperti tradisi haul, yang (biasanya) diperingati setiap satu tahun sekali untuk mengenang atas wafatnya seseorang.

Rasulullah adalah sang pecinta, Rasulullah berdakwah dengan cinta, hingga saat ini seluruh umat muslim penuh cinta dengan seluruh kepada-Nya.

Peringatan Maulid Nabi (12 Rabiul Awal), diperingati dengan tradisi ‘Mauludan’. Kalau di kampung-kampung, biasanya Maulid Nabi ini diperingati selama 12 hari berturut-turut di setiap masjid, langgar atau musala, rumah guru ngaji Al-Qur’an di kampung, atau bergilir dari rumah ke rumah dengan pembacaan maulid diba’. Tak tertinggal, di akhir majelis akan tersedia jamuan yang identik berupa jajanan atau wedang yang disediakan oleh jamaah secara bergilir.

Gelegar suara bacaan diba’ yang berisi kisah-kisah Muhammad dalam bahasa Arab, dan syiir-syiir yang dilantunkan dari majelis-majelis dibaan (pembacaan kitab maulid diba’ yang dikarang oleh Imam Ibn Diba’ yang berisi syair-syair pujian kepada Rasulullah) selalu berhasil memecah hening malam, seperti menampar jiwa-jiwa hamba yang masih saja berkalang kabut dengan segala macam prahara dosa, dan masih lalai dengan sunnah-sunnah yang diajarkan Rasul sebagai uswatun hasanah (suri tauladan) bagi umat manusia.

Selain dari aspek religius- yang mana majelis ini merupakan wadah bagi masyarakat untuk mengenang dan memuji Sang Baginda Rasulullah Saw dengan membaca salawat- melihat dari aspek sosial, momen dibaan di kampung ini menjadi wadah mempererat rukun tetangga dan atau rukun warga, dengan berkumpul berturut-turut selama 12 hari setelah habis salat magrib atau isya. Kalau biasanya setelah Magrib atau Isya sudah istirahat di dalam rumah, pada awal bulan Rabiul Awal, para warga beramai-ramai berangkat ke majelis untuk mengikuti acara dibaan.

Baca Juga: Sampai Di Tahap Mana Kita Meneladani Akhlak Nabi Muhammad Saw?

Tidak hanya peringatan di kampung dengan acara mauludan selama berhari-hari ini saja, di sejumlah kota juga telah sejak lama diadakan tradisi, yang mana merupakan hasil dari akulturasi agama dan budaya setempat seperti: Grebek Maulid (Yogyakarta), Mauripee (Aceh), Sekaten (Solo), Ampyang Maulid (Kudus), dan masih banyak daerah-daerah lain yang mempunyai tradisi dalam peringatan maulid nabi.

Adanya tradisi ini menambah rasa ukhuwah (persaudaraan) antar umat muslim dengan adanya silaturahmi pun akan dapat memperpanjang umur, memperbanyak, dan memperluas rizki. Menjalin kebersamaan, rasa kekeluargaan, juga akan menambah nikmat kita dalam berislam. Berislam dengan Islam, berislam dengan kasih sayang kepada sesama.

Berbicara soal maulid nabi, sebagai anak kelahiran 90an, siapa yang yang masa kecilnya nggak kenal dengan album Cinta Rasul? Album religi terlaris dan fenomenal pada masanya. Album Haddad Alwi ft Sulis kecil ini menjadi album salawat yang diputar oleh para orang tua untuk mengenalkan salawat cinta sejak dini kepada anak-anaknya. Selain karena dilagukan bersama Sulis kecil, sebagian besar video clip pada album tersebut memang diperankan oleh anak-anak, dan juga di antara clipnya menyuguhkan visual Islam cinta dalam berukhuwah dengan sesama.

Meskipun banyak album religi bertajuk salawat yang ada sekarang ini, rasanya belum berhasil menggantikan posisi album salawat Haddad Alwi satu ini. Lirik-lirik yang sarat makna dan lantunannya yang menyentuh sampai saat ini masih mendapati posisi terbaik di otak saya.

Semoga langkah kami dalam berislam selalu dalam naungan cinta-Nya, cinta-Mu, dan cinta sesama saudara kami. (HM)

Profil Penulis
Lulu Erzed
Lulu Erzed
Penulis Tsaqafah.id
Penulis dimana saja

2 Artikel

SELENGKAPNYA