Literasi tidak hanya mencakup kemampuan membaca dan menulis secara konvensional, tetapi juga melibatkan literasi digital, media, dan informasi.
Tsaqafah.id – Literasi merupakan fondasi penting dalam membangun peradaban yang unggul dan berkelanjutan. Di tengah arus globalisasi yang pesat, generasi muda Muslim memegang peranan strategis dalam menyebarkan nilai-nilai Islam rahmatan lil alamin melalui budaya membaca dan menulis.
Konsep Islam yang membawa rahmat bagi semesta alam harus menjadi prinsip yang diterapkan tidak hanya dalam praktik sosial, tetapi juga dalam upaya literasi yang relevan dengan tantangan zaman terutama dalam berkehidupan sehari-hari anak mudah yang sangat amat terikat dengan kehideupan sosmed.
Literasi dalam Islam: Sebuah Warisan Peradaban
Islam sangat menekankan pentingnya literasi sejak awal kemunculannya. Ayat pertama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW adalah Iqra’—”Bacalah” (QS. Al-Alaq: 1). Hal ini menunjukkan bahwa membaca adalah kunci untuk membuka wawasan dan membangun masyarakat yang berilmu. Para ilmuwan Muslim seperti Ibnu Sina, Al-Khawarizmi, dan Al-Ghazali adalah bukti nyata bagaimana budaya literasi dapat melahirkan kontribusi besar bagi kemajuan ilmu pengetahuan.
Dalam konteks masa kini, literasi tidak hanya mencakup kemampuan membaca dan menulis secara konvensional, tetapi juga melibatkan literasi digital, media, dan informasi. Generasi muda Muslim diharapkan mampu menguasai berbagai bentuk literasi ini agar dapat berperan aktif dalam membangun peradaban modern yang tetap berlandaskan nilai-nilai Islam rahmatan lil alamin.
Dan tentunya literasi tersebut mengenai membaca, menulis, mengajar, meneliti, dll harus diiringi dengan bi ismi rabbika (dengan nama Tuhanmu).
Baca juga Santri, Literasi, dan Spirit Iqra Nabi
Menghidupkan Budaya Membaca di Kalangan Generasi Muda
Membaca sangat penting karena dengan membaca kita dapat mengenal dunia lebih luas serta memberikan banyak manfaat, apalagi dengan berkembang pesatnya kemajuan teknologi membuat kita menjadi lebih gampang mengakses berbagai bahan bacaan sesuai dengan hobi dan minat kita sehingga harusnya menaikkan tingkat literasi namun, yang terjadi malah sebaliknya kemajuan teknologi ternyata malah menimbulkan fenomena baru bagi masyarakat Indonesia yaitu mengikisnya budaya literasi khususnya pada budaya membaca.
Hal tersebut menjadi salah satu tantangan terbesar dalam menanamkan literasi di kalangan generasi muda adalah menumbuhkan minat membaca. Padahal, dengan membaca, seseorang dapat memperluas wawasan, menumbuhkan kreativitas, dan memperkaya perspektif.
Untuk mengatasi tantangan ini, diperlukan pendekatan yang kreatif dan relevan. Membuat komunitas baca berbasis nilai Islam, seperti diskusi buku Islami atau kajian literatur keislaman, dapat menjadi salah satu langkah strategis. Selain itu, perlu dihadirkan buku-buku Islami yang ringan, inspiratif, dan menarik bagi anak muda, seperti kisah-kisah para sahabat Nabi, tokoh-tokoh Muslim berpengaruh, atau panduan spiritual yang aplikatif.
Literasi Digital: Menyuarakan Islam yang Damai
Di era digital, generasi muda Muslim memiliki peluang besar untuk memanfaatkan teknologi sebagai media literasi. Blog, media sosial, dan platform digital lainnya dapat digunakan untuk menyebarkan narasi Islam rahmatan lil alamin yang damai, inklusif, dan toleran.
Namun, literasi digital juga menghadirkan tantangan tersendiri. Informasi yang tidak akurat atau bahkan bertentangan dengan nilai Islam sering kali menyebar luas di dunia maya. Oleh karena itu, pemuda Muslim harus dibekali dengan kemampuan literasi media yang kuat untuk dapat memilah dan memahami informasi dengan bijak. Program pelatihan literasi digital berbasis Islam dapat menjadi solusi untuk menguatkan peran generasi muda dalam menyebarkan nilai-nilai kebaikan.
Baca juga Pendidikan sebagai Medan Jihad Gen Z
Menulis untuk Menginspirasi
Selain membaca, kemampuan menulis juga harus diasah di kalangan generasi muda Muslim. Menulis adalah bentuk ekspresi yang tidak hanya memperkaya diri sendiri, tetapi juga dapat menginspirasi orang lain. Melalui tulisan, pemuda Muslim dapat menyuarakan gagasan, menyampaikan pesan perdamaian, dan menanamkan nilai-nilai Islam yang universal.
Lomba menulis Islami, pelatihan jurnalistik berbasis dakwah, atau platform online yang mendukung karya tulis Islami dapat menjadi langkah awal untuk mendorong generasi muda Muslim menjadi penulis yang produktif. Karya-karya mereka dapat berkontribusi dalam membangun citra Islam sebagai agama yang rahmatan lil alamin di tengah masyarakat global.
Peran orang-orang dan lingkungan sekitar
Orang dann lingkuan tempat berada memiliki peran vital dalam membangun budaya literasi, misalnya tua dapat menjadi teladan dengan menyediakan waktu untuk membaca bersama atau mendukung minat anak-anak mereka dalam menulis. Sementara itu, lingkuan bergaul seperti misalnya sebuah komunitas Islam yang dapat menyelenggarakan kegiatan literasi, seperti diskusi buku, workshop menulis, atau kampanye literasi berbasis masjid.
Menghidupkan semangat literasi di kalangan generasi muda Muslim bukan hanya tentang meningkatkan kemampuan membaca dan menulis, tetapi juga tentang menanamkan nilai-nilai Islam dalam setiap aktivitas literasi. Dengan memahami dan menerapkan prinsip Islam yang inklusif, toleran, dan damai, generasi muda Muslim dapat menjadi motor penggerak perubahan menuju peradaban yang lebih baik.
Baca juga Diskursus Hadis Kontemporer: Ulasan atas Kitab Dirasat Fi al-Hadis al-Nabawī Karya Mustafa al-A’zami