Menjumpai Kristen Madura, Akhmad Siddiq: Tumbuh atas Rasa Kekeluargaan

Menjumpai Kristen Madura, Akhmad Siddiq: Tumbuh atas Rasa Kekeluargaan

11 Juni 2023
374 dilihat
3 menits, 45 detik

Tsaqafah.idPimpinan Redaksi Tsaqafah.id, Ahmad Afrizal Qosim berkesempatan mengobrol dengan penulis Buku Kristen Madura, Dr. Akhmad Siddiq, MA. Bagaimana Kristen Madura beradaptasi di tengah masyarakat Madura yang homogen?

Madura lekat dengan stereotip masyarakat yang homogen. Sebuah jokes yang populer mengatakan orang Madura 99% Islam, 1% Muhammadiyah. Ini menggambarkan masyarakat Madura yang tidak saja mayoritas muslim, tetapi spesifik muslim yang berafiliasi NU.

Namun di balik kesan seragamnya, Madura juga dihidupi oleh komunitas Kristen. Sebagai minoritas, kelompok ini punya dinamika tersendiri terkait identitas, agama, dan hubungan sosialnya. Buku Kristen Madura mengungkap bagaimana pergulatan minoritas Kristen terjadi di Madura baik yang ‘resmi’ maupun yang ‘swasta’.

Pimpinan Redaksi Tsaqafah.id, Ahmad Afrizal Qosim berkesempatan mengobrol dengan penulis Buku Kristen Madura, Dr. Akhmad Siddiq, MA. Bagaimana Kristen Madura beradaptasi di tengah masyarakat Madura yang homogen?

Dalam obrolan tersebut, host memantik diskusi dengan pertanyaan selekat apa Islam dengan Madura? Akhmad Siddiq mulai menjelaskan tentang bagaimana orang melihat Madura dengan identitas Islamnya. Anekdot yang mengatakan bahwa 99% Madura Islam dan 1% persen Kristen tentu tidak salah, tetapi mengatakan Madura sepenuhnya Islam itu juga tidak tepat.

Baca Juga Gus Dur Perintis Kebijakan Gender di Indonesia

Siddiq menjelaskan bahwa ada dua term besar jika membahas mengenai Kristen di Madura, pertama Kristen di Madura dan kedua adalah Madura Kristen. “Kristen di madura ada dan sebenarnya orang banyak tahu tentang hal itu. Gereja di Madura banyak sebenarnya. Hampir di semua kota ada gereja,” ucap Akhmad Siddiq.

Kristen di Madura adalah orang-orang non Madura yang beragama Kristen dan tinggal di Madura. Diantaranya ada orang Tionghoa dan Ambon.

Sementara term kedua Kristen Madura adalah orang Madura yang beragama Kristen. Term kedua ini banyak orang yang tidak mengetahuinya. Ada sekitar puluhan orang Kristen di setiap kota di Madura. sementara di luar Madura, ada komunitas Kristen Madura yang cukup besar di Jember.

Dalam proses masuknya Kristen Madura, Siddiq membaginya dalam beberapa fase. Pada awalnya Perjumpaan Kristen di Madura dimulai oleh orang-orang Belanda yang datang ke Madura kerena misi ekonomi. Mereka mengelola perusahaan garam. Perjumpaan ini murni ekonomi bukan suatu misi.

Baca Juga Maskulinitas dan Santriwati: Telaah Konsepsi Diri Santri Putri di Pesantren

Orang-orang Belanda yang mengelola perusahaan tinggal di Madura. Dalam kurun waktu tertentu, orang-orang Belanda ini mendapat siraman Rohani dari pendeta luar Madura. Perjumpaan antara Kristen dan Islam di Madura ini tentu membawa dampak sebagaiana setiap interaksi sosial selalu membawa pengaruh.

Sekitar awal abad ke 20, Siddiq membagi dua jenis misi Kristen ke Madura. Pertama misi yang dibawa oleh Kristen Katholik. Misi ini berasal dari Malang ke Probolinggo kemudian melalui jalur laut menuju Madura paling timur, yakni Sumenep. Oleh karena itu, penganut Katholik di madura menginduk ke Malang bukan ke Surabaya.

Jenis kedua adalah misi Kristen Protestan. Menurut Akhmad Siddiq Kristen yang masuk ke Madura adalah Kristen aliran Pantaicosta dari Amerika. Misi ini dimulai dari arah barat, tepatnya Bangkalan. Misi Kristen Protestan lebih agrsesif daripada misi Kristen Katholik.

Baca Juga Fenomena Habib, Identitas Arab dan Sikap Kita

Masuknya Kristen di Madura tidak diterima begitu saja. Ada alasan mendasar, misalnya Kristen identik dengan kolonialisme, kolonialisme identik dengan Belanda, dan Belanda identik sebagai penjajah. Hal ini bertentangan dengan kemerdekaan yang diperjuangkan pada saat itu. Selain itu Islam juga dianggap memiliki kesamaan ajaran dengan Madura.

Lantas apa yang membedakan Kristen di Madura negeri dan Kristen di Madura swasta (luar pulau Madura)? Siddiq menjelaskan bahwa Kristen di Jember misalnya, tumbuh dengan rasa kekeluargaan yang kental. Bahkan hubungannya dengan orang Islam Madura maupun non madura lebih toleran.

Sedangkan di Pulau Madura, hampir tidak ada suami-isteri asli Madura yang beragama Kristen. Pernikahan dengan orang Kristen non Madura menjadi penyebab orang Madura mengkonversi dirinya dalam Kristen. Anak-anak yang lahir dari pernikahan ini memilih tinggal di luar Madura.

Baca Juga 5 Rekomendasi Film Tentang Haji, Le Grand Voyage Jadi Film Terfavorit

“Karena jika tinggal di Madura, resistensinya lebih tegas daripada tinggal di luar Madura. Ini termasuk problem kultur identitas di Madura,” jelas Siddiq.

Identitas Islam di Madura memang sangat kental. Orang yang meninggalkan Islam akan mendapat penolakan dari kelurganya. “Kamu Madura kenapa Kristen? Orang Madura yang Kristen hilang kemaduraannya,” imbuh Akhmad Siddiq.

Berbicara mengenai hubungan sosial antara muslim dan non muslim di Madura, Siddiq yang juga dosen di UIN Sunan Ampel Surabaya ini menjelaskan bahwa hubungan antar umat beragama yang mengarah kepada kerusakan fisik tidak lepas dari pengaruh politik.

Baca Juga Basyar dan Bani Adam: Telaah Makna Kata Manusia dalam Al-Qur’an

Pada tahun-tahun politik menjelang lengsernya Soharto, Sampang dan Madura terkena imbasnya. Orang-orang Tioghoa Kristen yang menduduku posisi publik berasal dari Golkar. Hal ini yang membuat masa PPP marah dan merusak Gereja. Mengenai hal tersebut, pihak gereja mengakui bahwa tindakan ini murni politik, bukan persoalan agama. Bahkan dalam kerusuhan tersebut, beberap umat Kristen ditolong oleh orang Muslim.

Dalam melakukan adaptasi di Madura yang terkenal sebagai basis Islam, Siddiq menyebut orang-orang Kristen menggunakna ideologi diam. Ideologi ini bukan berarti pasif, tetapi mencoba memahami kultur Madura, bahkan dalam beberapa kegiatan keagamaan seperti tahlilan, orang-orang Kristen diundang untuk datang ke tahlilan yang diadakan oleh orang Islam. “Bahkan pendeta diundang datang dan ia mengatakan bahwa ia datang sebagai representasi warga,” ucap Akhmad Siddiq.

Bagi Siddiq, hubungan antar umat beragama di Madura saat ini jauh lebih baik. Banyak cerita personal antar umat beragama yang menunjukkan keharmonisan antar umat beragama di Madura. (HM)

Profil Penulis
tsaqafriend
tsaqafriend
Penulis Tsaqafah.id

31 Artikel

SELENGKAPNYA