Ada banyak cara untuk seseorang bisa berjihad. Melalui pendidikan misalnya, seseorang bisa berjihad dengan cara belajar sungguh-sungguh dengan mengorbankan waktu, pikiran, harta dan juga tenaga untuk melawan kebodohan.
Tsaqafah.id – Warga Indonesia dikejutkan dengan sebuah fakta yang menyebutkan bahwa IQ (Intelligence Quotient) rata-rata Indonesia nyaris berada diperingkat terakhir. Berdasarkan data yang disebutkan oleh World Population Review dengan judul “Average IQ by Country 2022”, dari 11 negara di Asia Tenggara, Indonesia berada di posisi ke-10 dengan IQ rata-rata 78,49. Jika dilihat dari peringkat dunia lebih jauh lagi, Indonesia menempati posisi ke-130. Fakta yang lebih mengejutkan lagi adalah, ada yang mengatakan bahwa IQ orang Indonesia tidak lebih dari IQ gorila yang berkisar antara 70-95.
Sementara dalam artikel yang ditulis oleh Barnabas Ratuwalu disebutkan bahwa IQ orang Indonesia adalah 86. Namun tingkatan itu masih dikategorikan bodoh dan diilustrasikan dengan IQ orang yang tidak lulus SMA. Padahal kenyataannya masyarakat Indonesia banyak yang memiliki gelar sarjana bahkan profesor. Hal ini tentunya menjadi tugas besar bagi umat muslim khususnya generasi-z untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia.
Apabila kita tidak mampu bersaing dalam pendidikan, maka selamanya negara kita akan selalu tertinggal dan rentan akan ancaman dari negara-negara yang jauh lebih maju. Lebih dari itu, munculnya kecerdasan buatan artificial intelligence (AI) menjadi tantangan baru bagi generasi-Z.
Pemahaman Jihad dalam Islam
Saat mendengar kata jihad, maka yang terbersit dalam pikiran kebanyakan orang hanyalah tindakan ekstrem memerangi orang kafir dengan mengangkat senjata dan mengarah pada pertumpahan darah. Padahal makna jihad tidaklah sesempit itu. Jihad yang berasal dari kata al-juhdu atau al-jahdu memiliki makna usaha yang keras dan bersungguh-sungguh untuk meraih suatu tujuan.
Baca juga Pendidikan Karakter Melalui Shalat: Membangun Akhlak Mulia Sejak Dini
Dalam usaha tersebut tentunya harus disertai dengan pengorbanan. Adapun jihad yang dikenal dalam agama Islam selalu diikuti dengan kata fῑ sabilillah, yang maknanya setiap usaha yang dilakukan dengan sungguh-sungguh itu ditujukan untuk mencapai ridho Allah SWT.
Ada banyak cara untuk seseorang bisa berjihad. Melalui pendidikan misalnya, seseorang bisa berjihad dengan cara belajar sungguh-sungguh dengan mengorbankan waktu, pikiran, harta dan juga tenaga untuk melawan kebodohan. Terdapat ayat Al-Qur’an yang mengisyaratkan luasnya dimensi jihad, sebagaimana tertera dalam surah At-Taubah ayat 122:
“tidak sepatutnya orang-orang mukmin pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa sebagian dari setiap golongan di antara mereka tidak pergi (tinggal bersama Rasulullah) untuk memperdalam pengetahuan agama mereka…”.
Ayat tersebut mengisyaratkan bahwa berjihad tidak harus semuanya terjun di medan peperangan, tetapi ada yang mengemban tugas untuk berjihad melalui pendidikan. Hal ini juga menunjukkan akan pentingnya kedudukan pendidikan dan ilmu pengetahuan dalam Islam, sehingga bisa dijadikan sebagai medan jihad.
Jihad Melalui Pendidikan
Misi utama diutusnya nabi Muhammad SAW adalah membebaskan manusia dari kejahiliyahan (kebodohan). Satu-satunya cara untuk menghapus kebodohan ialah melalui pendidikan. Oleh karena itu, pendidikan merupakan suatu hal yang fundamental dalam agama Islam.
Bahkan wahyu yang pertama kali diturunkan kepada nabi Muhammad SAW berkaitan dengan pendidikan. Allah memerintahkan membaca untuk mencari ilmu pengetahuan. Selain itu, di dalam Al-Qur’an banyak sekali dijumpai ayat-ayat yang menyeru manusia untuk berpikir, bertadabur, memahami, dan mengambil pelajaran.
Untuk menciptakan pendidikan yang berkualitas, maka membutuhkan peran dari berbagai pihak. Salah satunya yang paling menentukan adalah peran dari para pemuda. Sebab ditangan merekalah yang akan menentukan berhasil atau tidaknya suatu pendidikan.
Baca juga Perempuan Berpendidikan Tinggi Bukan Hanya Untuk Anaknya
Sebaik apa pun sistem pendidikan yang ada, tapi jika para pemudanya tak memiliki semangat dalam menuntut ilmu, maka pendidikan itu tidak akan tercapai. Terlebih pemuda muslim yang mengemban kewajiban untuk menuntut ilmu. Bukan sekedar menuntut ilmu, Islam menekankan untuk serius mendalaminya sehingga menjadi pakar-pakar dalam bidangnya.
Pendidikan yang menjadi kewajiban seorang muslim tidak hanya sebatas ilmu agama saja, tetapi juga segala ilmu yang menjadi penunjang kehidupan manusia di dunia. Hal ini di landaskan pada firman Allah
“…tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia…” …” (QS. Al-Qashash [28]: 77).
Maka tidak heran jika dalam sejarah Islam ditemukan banyak ulama yang sekaligus menjadi pakar kedokteran, kimia, fisika dan sebagainya. Hal seperti itulah yang seharusnya kembali direalisasikan anak muda saat ini. Pelajarilah ilmu setinggi mungkin, sehingga melahirkan pakar-pakar dalam berbagai bidang sekaligus telah tertanam keimanan yang kuat dalam dirinya.
Indonesia sedang mengalami permasalahan terkait pendidikan, yakni rendahnya kecerdasan yang dimiliki masyarakat. Permasalahan ini juga menjadi tanggung jawab anak muda muslim khususnya. Apabila pemuda muslim dapat menyelesaikan permasalahan ini, ia dapat meraih dua keuntungan sekaligus.
Selain untuk membela negara dari marginalisasi dunia, pendidikan juga dapat dijadikan sebagai medan jihad bagi pemuda muslim. Karena jihad dalam Islam tidak hanya dengan perang, tetapi mendalami ilmu pengetahuan juga bagian dari jihad. Selain itu, terciptanya pendidikan yang berkualitas akan membawa kemajuan bagi bangsa Indonesia.
Baca juga Belajar Menghadapi Kenyataan Pahit dari Nabi Ayub As
Referensi :
Al-Hilal, Y. (2018). Makna Jihad Dalam Perspektif Pendidikan Islam. ISTIGHNA, Vol. 1, No. 2, 144-152.
Ratuwalu, B. (2016). Transisi Masyarakat Agraris Menuju Masyarakat Industrial Indonesia. Journal Of Industrial Engineering; vol. 1, no. 2, 1-9.
Shihab, M. Q. (2016). Al-Misbah, Vol. 5, Juz 15. Jakarta: Lentera Hati.