Tsaqafah.id – Tradisi pembacaan Maulid Nabi Muhammad Saw di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia, sering kali diiringi dengan pembacaan kitab-kitab yang berisi pujian dan kisah kelahiran serta perjalanan hidup Rasulullah.
Di antara sekian banyak kitab Maulid, terdapat beberapa yang paling populer dan sering dibaca, terutama di kalangan Ahlussunnah wal Jama’ah.
Berikut ini adalah urutan kitab-kitab Maulid yang paling populer, beserta latar belakang, sejarah penyebarannya, dan siapa yang mempopulerkannya.
Kitab Al-Barzanji, Syekh Ja’far bin Hasan Al-Barzanji (w. 1177 H / 1763 M)
Latar Belakang: Kitab Al-Barzanji mungkin adalah yang paling populer dan tersebar luas di dunia Muslim, termasuk di Indonesia. Nama kitab ini diambil dari nama pengarangnya, Syekh Ja’far bin Hasan Al-Barzanji, seorang ulama besar yang berasal dari Kurdistan. Beliau menulis kitab ini dalam bentuk prosa dan puisi yang menggambarkan kelahiran, kehidupan, mukjizat, dan sifat-sifat luhur Nabi Muhammad Saw.
Kitab Al-Barzanji ditulis pada abad ke-18 Masehi, di masa Dinasti Utsmaniyah yang kala itu mendominasi dunia Islam. Syekh Ja’far Al-Barzanji menulis karya ini dengan tujuan mengajak umat Islam untuk memperingati Maulid Nabi melalui pembacaan shalawat dan pujian kepada Rasulullah. Sebagai seorang sufi dan ulama, beliau menekankan pentingnya cinta kepada Nabi sebagai jalan spiritual.
Baca Juga Maulid Nabi Saw (2): Dari Tradisi Kerajaan hingga Syiar Masyarakat Indonesia
Penyebaran dan Popularitas: Kitab Al-Barzanji dengan cepat menyebar ke berbagai wilayah, terutama di kalangan kaum sufi. Pada abad ke-19, kitab ini sampai ke Nusantara melalui jaringan ulama dari Timur Tengah yang berdakwah di Indonesia.
Pesantren-pesantren di Jawa dan Sumatra memainkan peran penting dalam mempopulerkan kitab ini di kalangan masyarakat. Hingga saat ini, pembacaan Al-Barzanji menjadi bagian dari perayaan Maulid Nabi di berbagai daerah, seperti di Jawa, Sumatra, dan Kalimantan. Selain itu, tradisi membaca Al-Barzanji sering diadakan dalam berbagai acara keagamaan seperti pernikahan, khitanan, dan syukuran.
Referensi: 1) Al-Barzanji, Ja’far bin Hasan. ‘Iqd al-Jawahir wa al-Durar fi Sirah al-Nabi al-Mukhtar. 2) Saifuddin Zuhri, Sejarah Kebangkitan Islam dan Perkembangannya di Indonesia.
Kitab Simtudduror, Al-Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi (w. 1333 H / 1913 M)
Latar Belakang: Simtudduror adalah kitab Maulid yang sangat populer di kalangan umat Islam, terutama di Indonesia, Malaysia, dan Yaman. Kitab ini ditulis oleh Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi, seorang ulama besar yang berasal dari Hadhramaut, Yaman, yang dikenal sebagai seorang sufi dan ahli ilmu.
Simtudduror berisi pujian dan shalawat kepada Nabi Muhammad, serta kisah kelahiran dan kehidupan beliau. Gaya bahasanya yang puitis dan mengandung kedalaman spiritual membuat kitab ini sangat digemari, terutama di kalangan tarekat sufi. Simtudduror sering dibacakan dalam acara Maulid di pesantren dan majelis-majelis taklim di Indonesia.
Penyebaran dan Popularitas: Kitab ini mulai populer di Indonesia pada awal abad ke-20, dibawa oleh ulama keturunan Hadhrami (Arab-Hadhramaut) yang datang ke Nusantara. Habib Ali Al-Habsyi sendiri memiliki banyak murid di Indonesia, yang kemudian menyebarkan kitab ini di kalangan umat.
Salah satu tokoh yang mempopulerkan Simtudduror di Indonesia adalah Habib Umar bin Hafidz, yang hingga kini masih membimbing banyak majelis di Nusantara. Pembacaan Simtudduror menjadi tradisi utama di berbagai peringatan Maulid Nabi di Jawa, Sumatra, dan wilayah lain, terutama di kalangan keturunan Arab di Indonesia.
Referensi: 1) Al-Habsyi, Ali bin Muhammad. Simtudduror fi Akhbar Sayyid al-Basyar. 2) Azra, Azyumardi. Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara.
Kitab Ad-Diba’i, Syekh Abdurrahman bin Ali Ad-Diba’i (w. 944 H / 1537 M)
Latar Belakang: Ad-Diba’i adalah salah satu kitab Maulid yang populer, ditulis oleh Syekh Abdurrahman bin Ali Ad-Diba’i, seorang ulama besar dari Yaman. Kitab ini berisi pujian kepada Nabi Muhammad, terutama berkaitan dengan kelahiran beliau. Seperti kitab Maulid lainnya, Ad-Diba’i disusun dalam bentuk prosa dan puisi yang dipenuhi dengan ekspresi kecintaan kepada Rasulullah.
Syekh Abdurrahman Ad-Diba’i menulis kitab ini dengan tujuan untuk membangkitkan kecintaan umat kepada Nabi Muhammad SAW melalui syair-syair yang menyentuh hati. Beliau juga dikenal sebagai seorang ahli sejarah yang menulis tentang kehidupan Nabi.
Penyebaran dan Popularitas: Kitab Ad-Diba’i menyebar luas di dunia Islam, terutama di kawasan Afrika Utara, Yaman, dan Nusantara. Di Indonesia, kitab ini mulai dikenal sejak kedatangan para ulama Yaman yang membawa tradisi pembacaan Maulid ke tanah Jawa. Pada masa kolonial Belanda, kitab ini menjadi salah satu naskah yang banyak dibaca dalam majelis-majelis Maulid di berbagai wilayah.
Kitab Al-Barzanji masih sering dibacakan dalam acara-acara Maulid, terutama di lingkungan pesantren dan majelis taklim di seluruh Indonesia. Popularitasnya didorong oleh keindahan bahasanya dan kedalaman spiritual yang terkandung di dalamnya.
Referensi: 1) Ad-Diba’i, Abdurrahman bin Ali. Maulid Ad-Diba’i*. 2) Nata, Abuddin. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia.
Baca Juga Maulid Nabi Saw (1): Awal Tradisi, Pionir, Seremoni, dan Perspektif Para Pakar
Kitab Al-Burdah, Imam Al-Bushiri (w. 696 H / 1294 M)
Latar Belakang: Al-Burdah adalah salah satu syair pujian kepada Nabi Muhammad SAW yang paling terkenal sepanjang sejarah Islam. Ditulis oleh Imam Al-Bushiri, seorang penyair dan sufi asal Mesir, Al-Burdah ditulis sebagai bentuk ekspresi cinta dan kerinduan kepada Rasulullah. Nama Al-Burdah (yang berarti “selendang”) diambil dari kisah di mana Rasulullah memberikan selendangnya kepada Imam Al-Bushiri dalam mimpi sebagai tanda penerimaan syair pujiannya.
Kitab Al-Burdah tidak hanya berisi kisah kelahiran dan kehidupan Nabi, tetapi juga pengajaran spiritual dan nasihat keagamaan. Syair ini sangat populer di kalangan kaum sufi dan sering dilantunkan dalam berbagai upacara keagamaan.
Penyebaran dan Popularitas: Al-Burdah dikenal di seluruh dunia Muslim, termasuk di Indonesia. Syair ini sering dibacakan dalam acara Maulid Nabi, terutama di pesantren-pesantren. Penyebaran Al-Burdah di Indonesia dipengaruhi oleh jaringan ulama sufi yang mempopulerkannya dalam majelis-majelis zikir dan shalawat. Hingga kini, Al-Burdah menjadi salah satu karya yang sering dilantunkan dalam acara-acara Maulid dan peringatan lainnya.
Referensi: 1) Al-Bushiri, Muhammad bin Sa’id. Qasidah Al-Burdah. 2) Hourani, Albert. Islam in European Thought.