Tsaqafah.id – KH. A. Mustofa Bisri, atau yang akrab disapa Gus Mus, adalah seorang ulama, budayawan, dan penyair Indonesia yang dikenal luas karena kearifan dan kedalaman spiritualnya. Sebagai seorang yang mendalami ajaran Islam sekaligus memiliki kepekaan sastra, Gus Mus sering menuangkan refleksi dan cintanya kepada Nabi Muhammad SAW melalui puisi-puisinya.
Dalam rangkaian puisi yang bertemakan Maulid Nabi, Gus Mus mengajak kita untuk merenungkan makna kelahiran dan kehadiran Rasulullah SAW di tengah umat manusia. Melalui kata-kata yang penuh makna, beliau mengungkapkan kerinduan, penghormatan, dan upaya untuk menghidupkan kembali ajaran-ajaran mulia Sang Nabi dalam kehidupan sehari-hari.
Tiga puisi Gus Mus tentang Maulid Nabi ini tidak hanya sekadar ungkapan perayaan, tetapi juga ajakan untuk merefleksikan diri dan menghidupkan kembali semangat kenabian dalam konteks kekinian. Melalui bait-bait puisinya, Gus Mus mengingatkan kita akan esensi sejati dari peringatan Maulid, yaitu menghidupkan kembali ajaran dan teladan Rasulullah SAW dalam kehidupan kita.
Mari kita simak tiga puisi Gus Mus ini sebagai bentuk perenungan dan upaya untuk lebih mendekatkan diri kepada sosok Rasulullah SAW, sekaligus memaknai kembali pentingnya Maulid Nabi dalam kehidupan umat Islam.
Baca Juga Cara Gus Mus Menghormati Perempuan
Aku Merindukanmu, O, Muhammadku
Oleh: KH A Mustofa Bisri
Aku merindukanmu, o, Muhammadku
Sepanjang jalan kulihat wajah-wajah yang kalah
Menatap mataku yang tak berdaya
Sementara tangan-tangan perkasa
Terus mempermainkan kelemahan
Airmataku pun mengalir mengikuti panjang jalan
Mencari-cari tangan
Lembut-wibawamu
Dari dada-dada tipis papan
Terus kudengar suara serutan
Derita mengiris berkepanjangan
Dan kepongahan tingkah-meningkah
Telingaku pun kutelengkan
Berharap sesekali mendengar
Merdu-menghibur suaramu
Aku merindukanmu, o. Muhammadku
Ribuan tangan gurita keserakahan
Menjulur-julur kesana kemari
Mencari mangsa memakan korban
Melilit bumi meretas harapan
Aku pun dengan sisa-sisa suaraku
Mencoba memanggil-manggilmu
O, Muhammadku, O, Muhammadku!
Dimana-mana sesama saudara
Saling cakar berebut benar
Sambil terus berbuat kesalahan
Qur’an dan sabdamu hanyalah kendaraan
Masing-masing mereka yang berkepentingan
Aku pun meninggalkan mereka
Mencoba mencarimu dalam sepi rinduku
Aku merindukanmu, O, Muhammadku
Sekian banyak Abu jahal Abu Lahab
Menitis ke sekian banyak umatmu
O, Muhammadku – selawat dan salam bagimu –
bagaimana melawan gelombang kebodohan
Dan kecongkaan yang telah tergayakan
Bagaimana memerangi
Umat sendiri? O, Muhammadku
Aku merindukanmu, o, Muhammadku
Aku sungguh merindukanmu
Baca Juga Maulid Nabi Saw (1): Awal Tradisi, Pionir, Seremoni, dan Perspektif Para Pakar
Bagaimana aku menirumu, o kekasihku
Oleh: KH A Mustofa Bisri
Engkau mentari
Aku bumi malam hari
Bila tak kau sinari
Dari mana cahaya akan kucari?
Bagaimana aku menirumu, o kekasihku
Engkau purnama
yang menebarkan senyum kemana-mana
Aku pekat malam tanpa rona
Bagaimana aku menirumu, o kekasihku
Engkau mata air
Aku di muara
Dimana kucari jernihmu
Bagaimana aku menirumu, o kekasihku
Engkau samudra
Aku di pantai
Hanya termangu
Engkau merdeka
Aku terbelenggu
Engkau ilmu
Aku kebodohan
Engkau bijaksana
Aku semena-mena
Diammu tafakkur
Diamku mendengkur
Bicaramu pencerahan
Bicaraku ocehan
Engkau memberi
Aku meminta
Engkau mengajak
Aku memaksa
Engkau kaya dari dalam
Aku miskin luar-dalam
Miskin bagimu adalah pilihan
Miskin bagiku adalah keterpaksaan
Bagaimana aku menirumu, o kekasihku
Baca Juga Mengenal Nabi Muhammad Saw sebagai Negawaran
Ya Rasullullah….
Oleh: KH A Mustofa Bisri
Ya Rasulullah… aku ingin menjadi santri berbaju putih yang tiba-tiba datang menghadapmu,duduk menyentuhkan lututnya pada lututmu yang agung dan meletakkan telapak tangannya di atas paha muliamu,
lalu aku akan bertanya….???
Ya Rasulullah… tentang Islamku,
Ya Rasulullah… tentang Imanku,
Ya Rasulullah… tentang Ihsanku.
Ya Rasulullah…
Mulut dan hatiku bersaksi tiada tuhan selain allah dan bersaksi bahwa engkaulah utusan allah tapi ku sembah jua diriku Astaghfirullah…!! Dan risalahmu hanya ku baca bagai sejarah.
Ya Rasulullah…
Setiap saat jasadku solat setiap kali diriku bersimpuh diriku juga yang ku ingat, setiap saat ku baca shalawat setiap saat tak lupa ku sampaikan salam
” Assalamu ‘alaika ayyuhan Nabiyu warahmatullahu wabarokatuh”
salam padamu wahai nabi juga rahmat dan berkat allah tapi tak pernah ku sadari apakah di hadapanku kau menjawab salamku bahkan apakah aku menyalamimu.
Ya Rasulullah… ragaku berpuasa dan jiwaku ku lepas bagai kuda
Ya Rasulullah… sekali-kali ku bayar zakat dengan niat mendapat balasan kontan dan berlipat
Ya Rasulullah… aku pernah naik haji sambil menaikkan gengsi.
Ya Rasulullah… Sudah Islamkah aku?
Ya Rasulullah…
Aku percaya Allah dan sifat-sifatNYA, aku percaya malaikat, percaya kitab suciNYA , percaya Nabi-nabi utusanNYA, aku percaya akhirat, percaya Qada QadarNYA seperti yang ku catat dan ku hafal dari Ustaz, tapi aku tak tahu seberapa besar itu mempengaruhi kelakuanku.
Ya Rasulullah… sudah Imankah aku…???
Ya Rasulullah… ku dengar panggilan aku menghadap Allah tapi apakah DIA menjumpaiku sementara wajah dan hatiku tak menentu.
Ya Rasulullah… dapatkah aku berihsan…???
Ya Rasulullah… ku ingin menatap meski sekejap wajahmu yang elok mengelok setelah sekian lama mataku hanya menangkap gelap.
Ya Rasulullah… ku ingin mereguk senyummu yang segar setelah dahaga di padang kehidupan hambar hampir membuatku terkapar
Ya Rasulullah… meski secercah titiskan pada ku cahayamu buat bekalku sekali lagi menghampiri NYA.