Menyelami Makna Maulid melalui Tiga Puisi Gus Mus

Menyelami Makna Maulid melalui Tiga Puisi Gus Mus

12 September 2024
144 dilihat
3 menits, 17 detik

Tsaqafah.idKH. A. Mustofa Bisri, atau yang akrab disapa Gus Mus, adalah seorang ulama, budayawan, dan penyair Indonesia yang dikenal luas karena kearifan dan kedalaman spiritualnya. Sebagai seorang yang mendalami ajaran Islam sekaligus memiliki kepekaan sastra, Gus Mus sering menuangkan refleksi dan cintanya kepada Nabi Muhammad SAW melalui puisi-puisinya.

Dalam rangkaian puisi yang bertemakan Maulid Nabi, Gus Mus mengajak kita untuk merenungkan makna kelahiran dan kehadiran Rasulullah SAW di tengah umat manusia. Melalui kata-kata yang penuh makna, beliau mengungkapkan kerinduan, penghormatan, dan upaya untuk menghidupkan kembali ajaran-ajaran mulia Sang Nabi dalam kehidupan sehari-hari.

Tiga puisi Gus Mus tentang Maulid Nabi ini tidak hanya sekadar ungkapan perayaan, tetapi juga ajakan untuk merefleksikan diri dan menghidupkan kembali semangat kenabian dalam konteks kekinian. Melalui bait-bait puisinya, Gus Mus mengingatkan kita akan esensi sejati dari peringatan Maulid, yaitu menghidupkan kembali ajaran dan teladan Rasulullah SAW dalam kehidupan kita.

Mari kita simak tiga puisi Gus Mus ini sebagai bentuk perenungan dan upaya untuk lebih mendekatkan diri kepada sosok Rasulullah SAW, sekaligus memaknai kembali pentingnya Maulid Nabi dalam kehidupan umat Islam.

Baca Juga Cara Gus Mus Menghormati Perempuan

Aku Merindukanmu, O, Muhammadku

Oleh: KH A Mustofa Bisri

Aku merindukanmu, o, Muhammadku

Sepanjang jalan kulihat wajah-wajah yang kalah

Menatap mataku yang tak berdaya

Sementara tangan-tangan perkasa

Terus mempermainkan kelemahan

Airmataku pun mengalir mengikuti panjang jalan

Mencari-cari tangan

Lembut-wibawamu

Dari dada-dada tipis papan

Terus kudengar suara serutan

Derita mengiris berkepanjangan

Dan kepongahan tingkah-meningkah

Telingaku pun kutelengkan

Berharap sesekali mendengar

Merdu-menghibur suaramu

Aku merindukanmu, o. Muhammadku

Ribuan tangan gurita keserakahan

Menjulur-julur kesana kemari

Mencari mangsa memakan korban 

Melilit bumi meretas harapan

Aku pun dengan sisa-sisa suaraku

Mencoba memanggil-manggilmu

O, Muhammadku, O, Muhammadku!

Dimana-mana sesama saudara

Saling cakar berebut benar

Sambil terus berbuat kesalahan

Qur’an dan sabdamu hanyalah kendaraan

Masing-masing mereka yang berkepentingan

Aku pun meninggalkan mereka

Mencoba mencarimu dalam sepi rinduku

Aku merindukanmu, O, Muhammadku

Sekian banyak Abu jahal Abu Lahab

Menitis ke sekian banyak umatmu

O, Muhammadku – selawat dan salam bagimu –

bagaimana melawan gelombang kebodohan

Dan kecongkaan yang telah tergayakan

Bagaimana memerangi

Umat sendiri? O, Muhammadku

Aku merindukanmu, o, Muhammadku

Aku sungguh merindukanmu

Baca Juga Maulid Nabi Saw (1): Awal Tradisi, Pionir, Seremoni, dan Perspektif Para Pakar

Bagaimana aku menirumu, o kekasihku

Oleh: KH A Mustofa Bisri

Engkau mentari
Aku bumi malam hari
Bila tak kau sinari
Dari mana cahaya akan kucari?

Bagaimana aku menirumu, o kekasihku
Engkau purnama
yang menebarkan senyum kemana-mana
Aku pekat malam tanpa rona

Bagaimana aku menirumu, o kekasihku
Engkau mata air
Aku di muara
Dimana kucari jernihmu

Bagaimana aku menirumu, o kekasihku
Engkau samudra
Aku di pantai
Hanya termangu

Engkau merdeka
Aku terbelenggu

Engkau ilmu
Aku kebodohan

Engkau bijaksana
Aku semena-mena

Diammu tafakkur
Diamku mendengkur

Bicaramu pencerahan
Bicaraku ocehan

Engkau memberi
Aku meminta

Engkau mengajak
Aku memaksa

Engkau kaya dari dalam
Aku miskin luar-dalam

Miskin bagimu adalah pilihan
Miskin bagiku adalah keterpaksaan

Bagaimana aku menirumu, o kekasihku

Baca Juga Mengenal Nabi Muhammad Saw sebagai Negawaran

Ya Rasullullah….

Oleh: KH A Mustofa Bisri

Ya Rasulullah… aku ingin menjadi santri berbaju putih yang tiba-tiba datang menghadapmu,duduk menyentuhkan lututnya pada lututmu yang agung dan meletakkan telapak tangannya di atas paha muliamu,

lalu aku akan bertanya….???

Ya Rasulullah… tentang Islamku,

Ya Rasulullah… tentang Imanku,

Ya Rasulullah… tentang Ihsanku.

 Ya Rasulullah…

Mulut dan hatiku bersaksi tiada tuhan selain allah dan bersaksi bahwa engkaulah utusan allah tapi ku sembah jua diriku Astaghfirullah…!! Dan risalahmu hanya ku baca bagai sejarah.

Ya Rasulullah…

Setiap saat jasadku solat setiap kali diriku bersimpuh diriku juga yang ku ingat, setiap saat ku baca shalawat setiap saat tak lupa ku sampaikan salam

” Assalamu ‘alaika ayyuhan Nabiyu warahmatullahu wabarokatuh”

salam padamu wahai nabi juga rahmat dan berkat allah tapi tak pernah ku sadari apakah di hadapanku kau menjawab salamku bahkan apakah aku menyalamimu. 

Ya Rasulullah… ragaku berpuasa dan jiwaku ku lepas bagai kuda

Ya Rasulullah… sekali-kali ku bayar zakat dengan niat mendapat balasan kontan dan berlipat

Ya Rasulullah… aku pernah naik haji sambil menaikkan gengsi.

Ya Rasulullah… Sudah Islamkah aku?

Ya Rasulullah…

Aku percaya Allah dan sifat-sifatNYA, aku percaya malaikat, percaya kitab suciNYA , percaya Nabi-nabi utusanNYA, aku percaya akhirat, percaya Qada QadarNYA seperti yang ku catat dan ku hafal dari Ustaz, tapi aku tak tahu seberapa besar itu mempengaruhi kelakuanku.

Ya Rasulullah… sudah Imankah aku…???

Ya Rasulullah… ku dengar panggilan aku menghadap Allah tapi apakah DIA menjumpaiku sementara wajah dan hatiku tak menentu.

Ya Rasulullah… dapatkah aku berihsan…???

Ya Rasulullah… ku ingin menatap meski sekejap wajahmu yang elok mengelok setelah sekian lama mataku hanya menangkap gelap.

Ya Rasulullah… ku ingin mereguk senyummu yang segar setelah dahaga di padang kehidupan hambar hampir membuatku terkapar

Ya Rasulullah… meski secercah titiskan pada ku cahayamu buat bekalku sekali lagi menghampiri NYA.

Profil Penulis
tsaqafriend
tsaqafriend
Penulis Tsaqafah.id

40 Artikel

SELENGKAPNYA