Tsaqafah. id – Bulan Ramadan selalu membawa berkah dan kebahagiaan bagi umat Muslim di seluruh dunia, tak terkecuali bagi komunitas Muslim di Taiwan. Meskipun Taiwan bukan negara dengan mayoritas penduduk Muslim, semangat menjalankan ibadah puasa tetap terasa kental di sana. Salah satu tradisi yang tak pernah absen adalah ngabuburit, kegiatan menunggu waktu berbuka puasa sambil melakukan aktivitas positif atau bersantai.
Lalu, seperti apa suasana ngabuburit dan Ramadan di Taiwan? Simak liputan spesial dari #Tsaqatalk11 (11/03/2025) yang menghadirkan Muhammad Azizurohman, Ph.D, mahasiswa di Southern Taiwan University of Science & Technology, untuk berbagi pengalamannya.
Ramadan di Taiwan
Taiwan mungkin tidak memiliki populasi Muslim yang besar, namun keramahan dan toleransinya terhadap umat Muslim patut diacungi jempol. Menurut Muhammad Azizurohman, Taiwan bahkan dinobatkan sebagai “negara ketiga paling ramah Muslim di dunia”. Hal ini terlihat dari fasilitas dan akomodasi yang disediakan untuk memudahkan Muslim menjalankan ibadah, dan mencari makanan halal terutama selama Ramadan.
Baca Juga: Tsaqatalk #10: Mengatasi Fatherless: Ketika Ayah dan Ibu Berproses Bersama
Salah satu bukti nyata keramahan Taiwan terhadap Muslim adalah ketersediaan makanan halal. Di berbagai supermarket, produk halal mudah ditemukan. Selama Ramadan, banyak restoran halal yang menawarkan menu khusus berbuka puasa, mulai dari hidangan khas Timur Tengah, Indonesia, India, hingga Malaysia.
“Enaknya di Taiwan, terutama di Tainan tempat saya tinggal, banyak mahasiswa Muslim yang berjualan makanan. Mereka menyediakan layanan katering dan mengantarkannya ke rumah, jadi tidak susah mencari makanan halal,” jelas Azizurohman.
Ngabuburit di Taiwan memiliki nuansa yang unik. Berbeda dengan di Indonesia yang kerap diisi dengan hiruk-pikuk pasar takjil atau suara adzan berkumandang, suasana ngabuburit di Taiwan lebih tenang.
“Tidak ada speaker masjid atau suara adzan di sini, jadi suasana secara umum tidak jauh berbeda dengan hari-hari biasa,” ujar Azizurohman.
Namun, hal ini tidak mengurangi kekhusyukan ibadah. Justru, momen ngabuburit dimanfaatkan untuk bersantai ke perpustakaan, berjalan-jalan, atau sekadar menikmati suasana kota.
Baca Juga: #TSAQATALK7 Building Your Best Self, Kak Bianglala : Journaling Bisa Jadi Alat Evaluasi OVT-mu
Tantangan dan Fasilitas di Kampus
Meskipun Taiwan ramah terhadap Muslim, tantangan tetap ada. Salah satunya adalah jadwal kuliah yang terkadang berbenturan dengan waktu ibadah.
“Tidak ada perbedaan jam kuliah saat Ramadan, jadi tantangannya adalah bagaimana mengatur waktu antara kuliah dan ibadah,” ungkap Azizurohman.
Namun, kampusnya termasuk yang ramah terhadap Muslim.
“Kampus kami menyediakan ruang kecil untuk shalat, ukurannya sekitar 4×2 meter. Lumayan untuk digunakan berjamaah,” tambahnya.
Untuk shalat Tarawih, Azizurohman dan mahasiswa Muslim lainnya biasanya pergi ke masjid yang lebih besar, seperti Masjid Indonesia, yang menjadi pusat kegiatan keislaman di Taiwan. Ramadan di Taiwan juga menjadi momen kolaborasi budaya. Banyak acara buka puasa bersama yang diadakan oleh Moslem Student Assosition (MSA).
Baca Juga: Ramadan yang Fatherless
“Jadi setiap hari diadakan buka bersama yang dihadiri oleh beberapa mahasiswa muslim dari berbagai daerah, dan menunya setiap hari berganti, seperti hari ini makanan khas Indonesia besoknya Malaysia,” tegas Azizurrohman.
Dengan begitu, Ramadan di Taiwan membuktikan bahwa semangat ibadah dan kebersamaan tidak pernah terbatas oleh geografi atau jumlah populasi. Meskipun minoritas, komunitas Muslim di Taiwan mampu menciptakan Ramadan yang hangat dan penuh makna. Dari ketersediaan makanan halal hingga ruang ibadah di kampus. Tantangan seperti jadwal kuliah yang padat justru menjadi ujian untuk memanaje waktu, sementara momen ngabuburit yang tenang memberikan ruang untuk refleksi dan kebersamaan yang lebih intim.
Namun, di balik semua kemudahan dan keramahan, ada pesan penting yang perlu diingat, yakni Ramadan bukan sekadar tentang fasilitas atau tradisi, melainkan tentang bagaimana kita memaknai setiap detiknya sebagai sarana mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. Selamat menjalankan ibadah Ramadan, di manapun kita berada.
Baca Juga: Nyala-Nyala di Tempat Ibadah