Haruskah Hadir di Majelis Maulid untuk Memperingati Maulid Nabi?

Haruskah Hadir di Majelis Maulid untuk Memperingati Maulid Nabi?

16 September 2024
101 dilihat
4 menits, 37 detik

Tsaqafah.id – Beberapa waktu yang lalu, ada seorang kawan bertanya kepada saya tentang peringatan maulid Nabi. Bukan masalah legalitasnya dalam syariat Islam. Namun tentang bagaimana ia bisa ikut memperingatinya, tanpa perlu “repot-repot” mencari majelis maulid dan beramai-ramai.

Saya rasa, pertanyaan ini mewakili sebagian dari kita (masyarakat urban) yang banyak disibukkan dengan pekerjaan, studi, dan sebagainya sehingga tidak ada kesempatan untuk hadir ke majelis-majelis maulid. Jangankan hadir, informasi tentang ada majelis apa, dimana, dan kapan saja belum tentu masuk algoritma media sosial kita.

Jadi, saya jelaskan dulu bahwa pertanyaan ini muncul bukan karena sikap anti terhadap majelis maulid, hanya saja realita kehidupan sebagian dari kita mungkin memang “kurang support” untuk menghadiri acara-acara demikian.

Lalu, bagaimana agar kita tetap bisa memperingati maulid Nabi di tengah hiruk-pikuk kehidupan kita masing-masing? Ibaratnya seperti menonton pertandingan sepak bola lewat handphone miring kita. Meskipun tidak menonton langsung di stadion, vibes-nya terasa nyata.

Baca Juga Maulid Nabi Saw (2): Dari Tradisi Kerajaan hingga Syiar Masyarakat Indonesia

Sederhananya, memperingati maulid Nabi adalah sebuah long-term game yang seharusnya kita ikuti. Sayyid Muhammad Alawi al-Maliki menyatakan dalam kitabnya, Haula al-Ihtifal bi Dzkri al-Maulid al-Nabawi al-Syarif, “Memperingati maulid Nabi Saw, mengenang beliau, dan memperhatikan sejarah hidup beliau Saw adalah wajib untuk selalu dilakukan dan tidak terikat dengan tempat dan waktu.” Sehingga, peringatan ini sejatinya bisa dilakukan oleh siapa saja, kapan saja, dan di mana saja.

Ada beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk memperingati maulid Nabi Saw dalam keseharian, yang sangat bisa dilakukan secara mandiri dan efisien:

1. Mempelajari Sejarah Hidup Nabi Muhammad Saw

Hal pertama yang mungkin bisa kita lakukan adalah mempelajari bagaimana kehidupan baginda Nabi Saw. Banyak medium yang bisa kita gunakan untuk mempelajarinya, mulai dari membaca buku tentang sejarah hidup Nabi Muhammad Saw, mendengarkan kajian kitab Sirah Nabawiyah, hingga memfollow akun-akun di media sosial yang banyak membicarakan kisah hidup beliau.

Allah swt berfirman, 

لَقَدۡ كَانَ لَكُمۡ فِىۡ رَسُوۡلِ اللّٰهِ اُسۡوَةٌ حَسَنَةٌ

“Sesungguhnya, telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu…” (QS. Al-Ahzab: 21)

Baca Juga Menyelami Makna Maulid melalui Tiga Puisi Gus Mus

Salah satu tujuannya, menurut Dr. Muhammad Said Ramadhan al-Buthi dalam Fiqh al-Sirah al-Nabawiyah adalah agar kita mendapatkan gambaran al-matsal al-a’la (tipe ideal) terkait seluruh aspek kehidupan manusia. Hal ini karena kehidupan beliau Saw mencakup seluruh aspek sosial dan kemanusiaan yang ada pada manusia, baik sebagai pribadi maupun anggota masyarakat yang aktif.

Secara praktikal, kita bisa melakukan aktivitas ini secara berkala. Jika membaca buku, 15 menit setiap harinya secara konsisten mungkin bisa membantu kita lebih akrab dengan sosok Nabi Muhammad Saw. Jika kita lebih memilih untuk mendengarkan ceramah atau kajian tentang Sirah Nabawiyah, bisa kok sambil commuting dan kerja.

2. Membaca dan Mengamalkan al-Qur’an

Al-Qur’an adalah mukjizat terbesar yang diturunkan oleh Allah Swt melalui Nabi Muhammad Saw, khusus untuk umat Rasulullah Saw. Sudah selayaknya kita sebagai umat Nabi Saw mensyukurinya dengan memperbanyak membacanya. Sebagian orang mengatakan bahwa jika kita ingin kenal baginda Nabi Saw, maka bacalah al-Qur’an.

Kaana khuluquhu al-Qur’an sebagaimana diriwayatkan dari Sayyidah Aisyah ra, akhlak Nabi itu ya al-Qur’an itu sendiri. Sehingga tidak heran jika kita sering mendengar ungkapan bahwa Nabi Saw adalah al-Qur’an berjalan.

Ibnu Katsir mengutip beberapa riwayat yang senada ketika menafsirkan firman Allah swt, 

وَاِنَّكَ لَعَلٰى خُلُقٍ عَظِيۡمٍ‏

“Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti luhur.” (QS. Al-Qalam: 4)

Ibnu Katsir sekaligus memberikan kesimpulan bahwa Rasulullah Saw adalah sosok yang mengamalkan al-Qur’an, melaksanakan perintahnya dan menjauhi larangannya, yang hal ini sudah tertanam dalam diri Rasulullah sebagai watak dan pembawaannya, serta sebagai akhlak yang telah tertanam dalam sepak terjang beliau.

Suhrawardi, sebagaimana dinukil oleh Imam al-Munawi dalam Faidh al-Qadir-nya, menjelaskan tentang makna akhlak Rasulullah ini. Menurutnya, kesempurnaan akhlak Rasulullah Saw tidak terbatas, sebagaimana makna-makna al-Qur’an yang tidak terhingga.

Baca Juga Maulid Nabi Saw (1): Awal Tradisi, Pionir, Seremoni, dan Perspektif Para Pakar

3. Bershalawat Kepada Nabi Saw

Aktivitas berikutnya yang bisa kita lakukan untuk memperingati maulid Nabi Saw adalah memperbanyak shalawat kepadanya. Allah Swt telah memerintahkan dalam al-Qur’an; 

اِنَّ اللّٰهَ وَمَلٰٓٮِٕكَتَهٗ يُصَلُّوۡنَ عَلَى النَّبِىِّ ؕ يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا صَلُّوۡا عَلَيۡهِ وَسَلِّمُوۡا تَسۡلِيۡمًا‏

Sesungguhnya Allah swt dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penuh penghormatan kepadanya.” (QS. Al-Ahzab: 56)

Shalawat adalah bentuk penghormatan dan rasa terima kasih kita pada baginda Nabi Muhammad Saw secara lisan. Maka, sudah selayaknya bagi kita untuk memperbanyak membaca shalawat untuk menunjukkan kecintaan, hormat dan terima kasih atas segala cahaya yang dibawanya hingga hari ini.

4. Bergembira atas Hadirnya Nabi Muhammad Saw

Mungkin bagian ini adalah yang paling sederhana jika dibandingkan dengan beberapa poin sebelumnya. Kita diperintah langsung oleh Allah swt untuk bergembira atas hadirnya Rasulullah Saw. 

Dalam al-Qur’an disebutkan;

قُلۡ بِفَضۡلِ اللّٰهِ وَبِرَحۡمَتِهٖ فَبِذٰلِكَ فَلۡيَـفۡرَحُوۡا

Katakanlah: dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira.” (QS. Yunus: 58).

Sahabat Ibnu Abbas ra menafsirkan bahwa yang dimaksud dengan karunia Allah swt adalah ilmu, dan yang dimaksud dengan rahmat-Nya adalah Nabi Muhammad Saw. Tafsiran salah satu sahabat yang paling ahli dalam bidang tafsir ini senada dengan firman Allah swt, 

وَمَاۤ اَرۡسَلۡنٰكَ اِلَّا رَحۡمَةً لِّـلۡعٰلَمِيۡنَ‏

Dan tidaklah kami mengutusmu melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (QS. Al-Anbiya’: 107).

Sayyid Muhammad memberikan keterangan bahwa kegembiraan karena Rasulullah Saw dianjurkan dalam setiap waktu, setiap nikmat, dan setiap karunia. Namun lebih dianjurkan pada tiap hari senin dan setiap Rabi’ al-Awwal karena kuatnya suasana maulid.

Baca Juga Mengenal Nabi Muhammad Saw sebagai Negawaran

Kendati menghadirkan rasa gembira mungkin terkesan mudah, bagi saya ini adalah hal yang paling kompleks. Agar benar-benar bisa gembira karena Rasulullah Saw, kita perlu kenal betul dengannya. Mungkin saja, rasa gembira yang tulus baru bisa kita hadirkan ketika kita telah banyak mengulang poin-poin yang disebutkan sebelumnya. Namun tidak mustahil juga, pada bagian-bagian sejarah Nabi Saw yang kebetulan kita baca atau dengarkan, kita bisa langsung bergembira saking bahagianya punya sosok teristimewa dalam wujud baginda Nabi Saw.

5. Berbagai Aktivitas Lain untuk Memperingati Maulid

Sayyid Muhammad menegaskan sekali lagi bahwa memperingati maulid Nabi Saw tidak mempunyai bentuk-bentuk khusus yang semua orang harus dan diharuskan untuk melaksanakannya.

Namun, segala sesuatu yang dilakukan, yang dapat menyeru atau mengajak manusia pada kebaikan dan mengumpulkan manusia atas petunjuk (agama) serta menunjuki mereka kepada hal-hal yang membawa manfaat bagi mereka, untuk dunia dan akhirat mereka, maka itu dapat digunakan untuk memperingati maulid Nabi Saw.

Boleh saja kita mendengarkan puji-pujian yang ditujukan untuk Rasulullah Saw, memberi makan orang-orang fakir, membantu orang lain yang membutuhkan bantuan, hingga berbagi kegembiraan bersama para pecinta Rasulullah Saw.

Artinya, tak ada batasan apapun untuk memperingati maulid Nabi Saw. Sehingga kita bisa memperingatinya dengan berbagai ekspresi cinta, yang mungkin saja berbeda dari tiap-tiap kita. Yuk luangkan sedikit waktu di tengah kesibukan kita, untuk memperingati maulid Nabi Saw, meskipun ya terkesan agak-agak indie sih.

Profil Penulis
Ibnu Masud
Ibnu Masud
Penulis Tsaqafah.id
Santri Kampung. Sekolah di IIQ An-Nur Ngrukem Yogyakarta. UX/UI Designer di Sebo Studio.

9 Artikel

SELENGKAPNYA