Tsaqafah.id – Belakangan ini bahasan tentang cara mengasuh anak (parenting) menjadi semakin kompleks. Banyak istilah seperti “toxic parenting” dan “helicopter parenting” mengingatkan untuk berhati-hati dalam pendekatan sebagai orang tua.
Hal lain yang yang menjadi konteks menarik adalah penafsiran mengenai “inner child” yang semakin populer dan dimaknai serampangan, mengarah kearah yang kurang bijak terhadap pengasuhan orang tua.
Belajar menjadi orang tua seharusnya membantu untuk tumbuh, bukan untuk menyalahkan orang tua di masa lalu. Konteks parenting yang sesuai dengan nilai Qur’ani sangat berperan dalam pertumbuhan anak untuk menjadi individu yang cerdas dan berbudi luhur.
Sebaliknya, jika pola asuh diabaikan, sama halnya membuka peluang kekacauan generasi di masa depan.
Baca Juga
- Haruskah Istri Taat kepada Suami?
- Al-Qur’an Karangan Nabi Muhammad? Komentar terhadap Pemikiran Panji Gumilang
Dalam Al-Qur’an term anak disebutkan bermacam-macam diantaranya seperti lafadz al-Walad, al-Ibn, al-Bint, al-Thifl, Dzurriyyah, al-S}abiy, al-Ghula>m, dan lain sebagainya. Makna-makna tersebut bervariasi sesuai dengan konteks Al-Qur’an dan memiliki nuansa khusus relevansi penting dalam konteks isu-isu parenting yang disampaikan dalam Al-Qur’an.
Salah satu contoh konsep parenting dalam Al-Qur’an dapat ditemukan di surah al-Baqarah ayat 233. Ayat ini menggunakan term “al-Walad” dan menjelaskan kewajiban seorang ibu untuk memberikan Air Susu Ibu (ASI) sampai usia dua tahun, karena ASI dapat mempererat ikatan antara anak dan ibu.[1]
Pesan yang disampaikan oleh ayat tersebut menunjukkan bahwa dalam pandangan parenting Al-Qur’an, orang tua diberi tanggung jawab serius untuk memberikan perhatian yang tulus sejak usia dini dalam proses pendidikan anak.
Terdapat beberapa poin penting terkait ayat tersebut, pertama, secara ideal anak sebaiknya disapih setelah mencapai usia dua tahun, melampaui usia dua tahun justru berdampak negatif terhadap pertumbuhan fisik dan psikologis anak.[2]
Baca Juga Jilboobs Makan Es Krim: Membaca Penistaan Agama Menurut Mufasir di Era Media Sosial
Kedua, tugas orang tua terutama ayah adalah memenuhi kebutuhan finansial istri dan anak dengan cara yang wajar, bahkan saat terjadi perceraian.[3]
Ketiga, jika orang tua berencana menyapih anak sebelum usia dua tahun, disarankan untuk konsultasi (musyawarah) dengan dokter spesialis anak, untuk mendapatkan pandangan tindakan terbaik yang harus diambil.
Istilah lain parenting juga terdapat dalam dalam surah al-Nur ayat 59 dengan term “al-Thifl”. Dalam ayat ini menguraikan konsep izin (isti’zan) dalam konteks anak-anak yang mencapai usia “حلم” (hilm), yaitu usia pubertas.
Al-Qur’an memerintahkan agar anak-anak meminta izin dahulu sebelum memasuki ruangan orang tua. Hal ini penting karena dikhawatirkan secara tidak sengaja melihat orang tua dalam situasi yang pribadi atau terlihat bagian tubuh yang harusnya tidak dilihat oleh anak.[4]
Baca Juga Bagaimana Al-Qur’an Menanggapi Kasus Bullying dan Kesehatan Mental?
Dalam term lain, makna anak juga menggunakan term “al-Ibn”. Contohnya pada surah Luqman ayat 13. Nasihat bijak yang diberikan Lukman kepada putranya memiliki hubungan erat dengan konsep pengasuhan anak.
Dalam nasihat tersebut, Lukman mengajarkan orang tua tentang pentingnya mendidik anak dengan kasih sayang dan kebijaksanaan. Dia menekankan nilai-nilai moral, kepatuhan kepada Tuhan, dan sikap rendah hati dalam kehidupan sehari-hari. Lukman juga menyoroti betapa pentingnya mengajarkan anak-anak tentang akhirat dan menghindari godaan dunia yang sementara.[5]
Melalui nasihat ini, para orang tua diingatkan akan tanggung jawab mereka dalam membimbing anak-anak menuju perilaku yang baik, memilih teman dengan bijak, serta mengajarkan pemahaman mengenai perbedaan antara hal yang benar dan salah.
Dengan menggabungkan nasihat Lukman dengan prinsip-prinsip pengasuhan anak, orang tua dapat membentuk karakter anak-anak mereka berdasarkan nilai-nilai agama, kebijaksanaan, dan moralitas, sehingga mereka tumbuh menjadi individu yang positif dalam masyarakat dan dekat dengan nilai-nilai spiritual.
Baca Juga
- Merasa Cukup dalam Pandangan Agama untuk Menjaga Lingkungan
- Benarkah Peran Muslimah Karir Dianggap Merendahkan Peran Laki-Laki?
Dalam surah al-Ahzab ayat 59 dengan menggunakan istilah “al-Bint” juga dijelaskan akan pentingnya orang tua berpakaian sopan saat keluar rumah dan memberikan contoh baik kepada anak-anak tentang etika berpakaian.
Mereka juga diajarkan tentang sopan santun dan menghormati diri sendiri serta orang lain. Ayat ini juga menjelaskan tata cara menggunakan jilbab, menjaga pandangan, dan menghindari perilaku yang mengganggu.[6]
Contoh lain pada makna anak dalam Al-Qur‘an juga menggunakan term “al-Shabiy” yang dijelaskan dalam Surah Maryam ayat 12. Ayat ini mengisahkan Nabi Yahya yang pada usia kanak-kanak sebelum baligh, Allah telah memberinya hikmah dan pemahaman mendalam.[7]
Konteks parenting Al-Qur’an dalam ayat ini mengisyaratkan agar orang tua perlu mengajar dan memberi pemahaman perihal Al-Qur’an sejak mereka masih kecil, termasuk pembelajaran membaca dan mengamalkannya.
Belajar menjadi orang tua tidak hanya mengajarkan kita untuk mendidik anak, tetapi juga membuka peluang bagi kita untuk terus tumbuh dan berkembang. Dalam menghadapi kompleksitas dunia parenting yang semakin meningkat sekarang, justru menjadi pengingat penting untuk memilih pendekatan yang bijak dalam mendidik anak.
Dari penjelasan yang dipaparkan tersebut, Al-Qur’an menggunakan berbagai istilah dalam penyebutan anak dan setiap istilah memiliki pesan khusus tentang cara mendidik anak.
Meskipun beberapa orang tua mungkin belum sempurna dalam peran mereka, bukan berarti mereka gagal dalam mendidik anaknya. Mereka selalu berupaya terus untuk menumbuh kembangkan anaknya menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Pengalaman baik yang positif maupun yang negatif dari orang tua, dapat kita gunakan sebagai landasan untuk membentuk pola parenting kita di masa depan, agar menjadi orang tua yang lebih baik di kemudian hari.
Referensi
[1] Dinkes Aceh “Manfaat ASI Eksklusif untuk Buah Hati maupun Ibu Menyusui” https://dinkes.acehprov.go.id/detailpost/manfaat-asi-eksklusif-untuk-buah-hati-maupun-ibu-menyusui diakses pada Ahad, 20 Agustus 2023 14:53 WIB.
[2] Richard M. Martin. “Commentary: Does breastfeeding for longer cause children to be shorter?” International Journal of Epidemiology Vol 30 No 3:2021, 481-484.
[3] Al-Ra>zi, Fakhruddi>n. Mafa>tih al-Ghai>b, Vol I (Da>r al-Nasyr: Ihya> Turat al-A>rabi>), 930.
[4] Al-T}abari, Tafsir Ja>mi’ al-Baya>n fi Ta’wi>l al-Qur’a>n, Vol. 19 (ed.) Ahmad Abdul al-Razi>q Al Bakri, dkk. (Jakarta:Pustaka Azzam, 2007), 251.
[5] Jala>l al-Di>n al- Mahalli> dan Jalal al-Suyut}i. Tafsir Jal>alai>n Vol 2, 475.
[6] Al- Shaukani. Tafsir Fath al-Qadr Vol 9 (ed.) Ibrahim Sayyid. (Pustaka Azzam: Jakarta), 175.
[7] Ali al-S}a>bu>ni>, S}afwah al-Tafa>si>r Vol II ( Beirut: Da>r al-Fikr), 212.