Hazrat Inayat Khan dan Cinta Universal

Hazrat Inayat Khan dan Cinta Universal

11 Juli 2023
364 dilihat
3 menits, 37 detik

Tsaqafah.id – Inayat Khan pernah mengatakan bahwa manusia yang paling bahagia adalah mereka yang mampu berteman dengan siapa saja dan apa saja.

Apa yang disajikan oleh peradaban modern barangkali telah menuntun kita pada penampakan akan keberdayaan teknologi super canggih. Penyebaran informasi serta kebudayaan secara global memungkinkan setiap lapisan masyarakat dunia mengakses apa saja secara cepat, mudah, dan terjangkau. Internet.

Kunci peradaban moden yang di dalamnya tersedia segala kebutuhan umat manusia selayak menjetikkan jari. Adapun beberapa tahun terakhir kegemerlapan peradaban modern itu, telah berhasil menelurkan kreasi yang amat menyintas banyak perhatian, kecerdasan buatan (AI).

Syahdan, apa yang kemudian kita hadapi sebagai konsekuensi mutlak daripada konsumsi kemudahan teknologi besar-besaran itu adalah taraf kemanusaiaan yang cacat, terombang-ambing dan loyo.

Layanan penyedia internet gratis menjadi santapan lezat, kuota internet menjadi daftar kebutuhan pokok yang tak dapat diganggu gugat, lingkungan hidup menjadi sesak oleh perabot-perabot dan kebahagiaan terukur dari bagaimana seseorang menampilkan persona pada etalase kaca media sosial. Dan di antara segala macam tekanan modernisme itu, manusia sebagai makhuk spiritual seakan meronta sebab kering dan dahaga perasaan damai serta ketentraman.

Baca Juga

Cinta Universal Hazrat Inayat Khan

Perjalanan mereguk kembali kedamaian, membawa kita kepada sosok guru spiritual sufistik, Hazrat Inayat Khan. Lahir pada tanggal 5 Juli 1882, dan meninggal 5 Februari 1927.

Ia adalah pendiri Ordo Sufi Barat pada tahun 1914 (London) dan guru Sufisme Universal. Ia mengembara ke Barat sebagai musisi klasik India. Ia kemudian memperkenalkan dan menyebarkan paham dan praktik Sufi.

Pada tahun 1923, Ordo Sufi London diubah menjadi organisasi baru di bawah hukum Swiss bernama “International Sufi Movement“. Pesan utama tauhidnya berfokus pada cinta, harmoni, dan keindahan. Ia mengajarkan bahwa taklid buta terhadap teori apapun menghilangkan ruh agama. Cabang aliran Inayat Khan masih berdiri di Belanda, Prancis, Inggris, Jerman, Amerika Serikat, KanadaRusia, dan Australia.

Dalam berbagai karya tulisnya, seperti Music of Life, and The Mysticism of Sound and Music, Inayat Khan mencampurkan kegemaran bermusiknya dengan ideologi Sufi sehingga musik dipandang sebagai penyatu harmoni alam semesta.

Tiga aspek utama yang dipergunakan sebagai kunci memahami Inayat Khan, adalah cinta, Harmoni, dan keindahan (Love, Harmony and Beuty). Pada dasarnya, manusia merupakan makhuk spiritual yang tak mungkin dilepaskan dari hal itu. Kering perasaan menjadi persoalan yang tak mungkin dihindarkan Ketika manusia dipaksa bergerak secara mekanis tanpa mempergunakan intuisi.

Baca Juga Heboh Santri Menutup Telinga dari Suara Musik, Bagaimana Sikap Kita ?

Formalisme Barat, menunjukkan tendensi kekeringan ini melalui Rasio yang keras, kapital yang beku serta sains yang kaku. Tak ada tempat bagi kedamaian berpijak melalui praktik eksploitasi semacam itu, dan pada saatnya manusia akan terdampar pada kondisi dimana individu tak mampu mengenali alam semesta sebagai satu kesatuan yang selaras—yang mengarahkan pada ketidakmungkinan cinta meliputi dirinya.

Dan pada saat itu terjadi, manusia tidak lebih dari sekedar robot, barang rongsokan yang bekerja secara mekanis, peniru dan membosankan.

Cinta dan Kesatuan semesta

Inayat Khan pernah mengatakan bahwa manusia yang paling bahagia adalah mereka yang mampu berteman dengan siapa saja dan apa saja.

Apa yang hendak dimaksudkan olehnya adalah bahwa cinta hanya akan menjadi amat kerdil dan sempit ketika sekadar tertuang dalam ketertarikan antar lawan jenis bahkan sesama manusia, apa yang perlu dihayati secara betul adalah bahwa cinta sesungguhnya meliputi segala aspek yang menyusun alam semesta, binatang, pokok-pokok rindang, gunug-lauatan dan apa saja yang sejatinya merupakan representasi ril dari keindahan Tuhan.

Mereka yang terperosok kedalam egoisme, individualis, dan fanatisme bermula Ketika seseorang tidak mampu menyadari dirinya sebagai bagian dari kesatuan. Pelepasan diri terhadap susunan yang saling berkelindan, membentuk anggapan bahwa diri sendirilah yang berbeda, unik, dan perlu ada di dunia yang tak karuan agungnya ini, anggapan semacam, menagarah pada tendensi narsisme, merasa unggul dan berbeda, merasa superior sehingga yang tak selaras dengan dirinya menjadi halal untuk disingkirkan bahkan dimusnahkan.

Baca Juga

Sayyidina Ali mengatakan “Seandainya orang-orang itu berbeda agamanya denganmu, maka pandanglah mereka sebagai manusia yang sama denganmu”. Akan sangat meghawatirkan jika seseoarang sampai kepada pernyataan bahwa kebenaran yang terkandung di dalamnya, yang ia bawa, yang dirinya yakini, adalah mutlak dan tak dapat di ganggu gugat. Dan apa yang tak sejalan adalah keliru, dan yang keliru berarti musti diberangus dan lenyapkan.

Seperti halnya Rumi melalui tariannya, Inayat Khan mengajak manusia menyingkap tabir-tabir perbedaan serta menghayati cinta kasih sesama melalui musik. Inayat Khan mengkomposisikan musiknya melalui ciri khas musik tradisional India utara dan India selatan.

Melalui keindahan musik, Inayat Khan mengajak kita untuk melihat segala sesuatu sebagai bagian dari kesatuan semesta, pelepasan-pelepasan sebagai kesatuan yang saling berdialog, seperti halnya sains yang meletakkan manusia sebagai kunci alam, superior di atas makhluk-makluk lain membawa pada ketidakseimbangan semesta alias bencana.

Eksploitasi alat-alat dan perabot, mesin industri, tekhnologi, Gedung-gedung besar, internet serta kebergantungan diri terhadapnya, memabawa pada kualitas manusia yang depresan, pembenci dan egois.

Lantas bagaimana jika ketidak-mampuan merengkuh cinta kasih, merongrong spiritualitas manusia sehingga terseok, dan bagaimana pula untuk hidup tanpa sekali saja kedamaian, cinta bahkan tuhan bersemayam?      

Profil Penulis
Padli Janto
Padli Janto
Penulis Tsaqafah.id

1 Artikel

SELENGKAPNYA